Minggu, 05 Mei 2013

Kesaksian Dikampus Undip


Kesaksian penginjilan di Kampus (Verifikasi Undip)
        Ku percaya semua janji Tuhan akan tergenapi, dan dinyatakan kepada orang yang Tuhan sudah tetapkan, RancanganNya damai sejahterah bukan rancangan kecelakaan.
Sebelum ke kampus undip kita jemaat, adakan doa di senter maerasari 11, kita mau bangkitkan apa yang sudah Tuhan taruh di dalam kita, dan juga saling menguatkan satu sama lain, dan nyatanya beberbeda saat kita mau bekumpul doa sama-sama, ku percaya api Tuhan sudah dicurahkan dan kita berdoa supaya kita juga bisa menyebarkan api Tuhan itu dan menjaganya tetap sama kita,
Aku datang dengan berpengaharapan yang dari Tuhan, Tiba ditempat Verifikasi undip, aku langsung bekenalan dengan mahasiwa baru (MABA), yang juga sedang mengantri nomer urutan nya dipangil, sambil menunggu kita berbicara tentang kampus, dan aku juga berkenalan sama maba ini, namanya Didier dari surabaya, dan kita juga berdua langsung bicara tentang kampus, dari pembicaraan itu aku juga kasih tau info tentang dunia kampus di Undip.
        Aku cuman taat apa yang Tuhan bicara, bahwa kamu pergi membawa berita kabar baik, yaitu tentang Kristus. Akhirnya dari pembicaraan aku juga bisa masuk Injil ke Didier, bahwa anugrah besar kita bisa diselamatkan, dan dia juga baru sadar bahwa selama ini Tuhan ada, karena dia tidak pernah merasakan bahwa Tuhan ikut campur dalam kehidupan dia, sampai dia kesaksian bahwa dia masuk Undip Itu seperti mustahil karena dia juga sebenernya tidak yakin kalo bisa masuk, karena awalnya dia mau masuk kepolisian, dari itu aku juga bicara kalo kita juga ngak kebetulan bisa ketemu, dan ku juga kesaksian tentang hidupku diubahkan dan mujizat Tuhan yang terjadi didalam aku, dan dia juga terbuka bicara tentang hidupnya, bahwa dia juga tidak seperti orang yang agamawi dan juga dia  tidak munafik kalo dia biasa-biasa aja hubungannya sama Tuhan, akhirnya kita juga bisa nyaman bicara tentang hidup walaupun singakat kita bicara dan akhirnya dia dipangil masuk urutannya, aku juga minta nomernya dan kita bisa berjumpa dilain waktu dan kita juga harus punya hati yang murni untuk kita bantu orang, dan hati yang belaskasihan kepada orang-orang, seperti aku juga dimenangkan dikampus, masih kah kita ada hati buat generasi lagi dikampus kita.  

                                                                        Boy (voice of truth)
Kesaksian penginjilan di Simpang Lima (Pahlawan)
Awalnya ku belajar dari semua yang ku dengar kuat dalam Injil, aku harus tundukan keinginan daging aku dan mau hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh, dan ku bangkit karena ku juga dengar dan kudapatkan dari beberapa orang yang share kepada ku dan Firman yang akhirnya ku dapatkan pemahyuan tentang janji Tuhan, dan untuk menjadikan Tuhan yang utama. Di minggu ini dibakikan tentang api dan pemberitaan Injil di 2 Timotius 1:7-10 : Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melaikan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. 8 Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku (paulus), seorang hukuman karena Dia, melaikan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. 9  Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman 10  dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
Kita juga mulai kumpul di simpanglima, dan berdoa bersama jemaat, dan aku tidak sendiri aku sama danar, dan ketemu dengan teman aku yang dulu juga pernah ku injili dia namanya Kris (Tuna Rungu), dari keterbatasan yang ada aku bicara dengan bahasa isarat, dia khatolik dan dia pun tanya, boy kamu masih kristen dan seperti dulu?, aku bilang ia aku sama seperti dulu yang dia tahu kita jemaat yang bicara tentang Tuhan, akhirnya aku mulai bagikan Firman Tuhan juga ke dia, aku percaya saat Firman yang keluar dari mulut kita bahkan tentang Kristus, tidak akan keluar dengan sia-sia. Aku juga bagikan di 1 korintus tentang Hikmat manusia dan Hikmat Tuhan kepada dia. Singkat cerita dia di sms teman komunitasnya untuk kumpul dan aku juga minta nomernya dan setelah itu aku juga ketemu sama komunitas (CTR) Comunitas Tuna Rungu dan aku sama danar kenalan dan bangun relasi dengan
(CTR).
Dan aku dan danar jalan lagi di sekitar pahlawan sampai ketemu 3 orang sahabat, mereka masih SMA, dari SMA N 15 Semarang, awalnya sebelum kita kenalan, ku bertanya ke salah satu temannya yang sedang bawa buku bacaan, dan dari situ kita bisa ngobrol tentang kampus, dan ku juga kasih wawasan minat dan bakat tentang kampus dan jurusan apa yang mau diambil oleh mereka yang sekarng kelas 2 SMA, namanya Ocar,Bagas,Adit. Danarpun bicara sama adit dan aku bicara dengan Ocar dan Bagas. Bagas dan Ocar punya background Khatolik dan adit Muslim, akupun bicara tentang kehidupan masa muda dan tentang Tuhan Dan Dosa kepada Oscar dan Bagas, dan Bagas mulai menceritakan hidupnya kalo dia ibadah disekolahnya cuman Formalitas, pergi-pergi berjiarah ke goa-goa maria, untuk mendapatkan nilai saja, dan sebenarnya dia juga malas untuk mengikutinya dan dengan hati yang terpaksa, trus dia juga kasih tau dia punya alkitab sebagai hiasan meja belajarnya yang sama sekali tidak pernah dibuka apalagi dibaca, yang dia lakukan cuman bersikan saja alkitabnya dari debu. Dari situ aku juga makin yakin sama Tuhan, bahwa aku harus punya hati bagi jiwa-jiwa bisa diselamatkan dan kasih tentang Yesus adalah jawaban Didunia ini, bagi saya dan juga bagi semua orang, Anugrahnya besar aku bisa share dan kesaksian kepada orang yang belum mengenal Yesus sunguh-sungguh, dari ini semua aku tidak mau sombong, dan aku mau terus britakan, dan hidupku sama Tuhan pun harus sungguh-sungguh. kita boleh menanam dan menabur tetapi yang lebih penting bahwa Tuhan lah yang memberi pertumbuhan,
Biarlah jadilah kehendak-Mu 








                                                                Boy (Voice of truth)

Rabu, 13 Februari 2013

12 Perkatakan Menguatkan.


Perkataan ini menjadi Power, karena hari demi hari Berkemenangan dan menjadi gaya hidup kita. Biasakan tiap bangun pagi ucapkan perkataan ini, bukan lagi masa depan, karena Masa depan sungguh ada sama Tuhan. Harapanmu takan hilang.

Perkatakan Tiap Hari


“Ini hari yang di jadikan Tuhan aku mau bersorak sorak dan bersuka karena   Nya

Tuhan adalah gembalaku takan kekurangan aku,

Tempat perlindunganku dan kubu pertahanku, Allah ku yang ku percaya

Malapetaka tidak akan menimpa aku dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahku.

Segala perkara yang ku tanggung di dalam Dia, yang memberi kekuatan kepada ku”


12 Perkataan Menguatkan


1.  Saya tidak akan lagi mengakui saya tidak bisa karena segala perkara dapat ku tanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

2.  Saya tidak akan lagi mengakui kekurangan, karena Allah ku akan memenuhi segala keperluan saya, menurut kekayaan dan kemuliaanNya didalam Kristus Yesus.

3.  Saya tidak akan lagi mengaku ketakutan, karena karena Allah memberikan kepada saya bukan roh ketakutan melainkan roh yang membangkitkan kekuatan hati dan ketertiban.

4.  Saya tidak akan mengakui lagi dari kekurangan iman karena Allah mengaruniakan iman kepada saya.

5.  Saya tidak akan lagi mengakui kelemahan, karena Tuhan lah kekuatan dalam hidupku. Dan umat yang mengenal Tuhan nya akan Kuat dan akan bertindak.

6.  Saya tidak akan lagi mengakui kekuatan setan atas hidup saya, karena roh yang ada didalam saya lebih besar dari roh yang ada di dunia ini.

7.  Saya tidak akan lagi mengakui kekalahan, karena Allah yang dalam kristus telah membawa saya didalam kemenagan-Nya.

8.  Saya tidak akan lagi mengakui kekurangan hikmat. Karena Kristus Yesus yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi saya.

9.  Saya tidak akan lagi mengakui kuasa dari sakit penyakit dalam hidup saya, karena oleh bilur-bilurNya saya menjadi sembuh.

10. Saya tidak akan lagi mengakui bagian dari frustasi, karena saya menyerahkan segala kekuatiran saya kepadaNya, sebab Ia yang memelihara saya, di dalam Kristus saya hidup tanpa beban.

11. Saya tidak akan lagi mengakui terikat, karena Firman bekata: dimana ada Roh Allah disituh ada kemerdekaan, tubuh saya adalah bait Roh Kudus.

12. Saya tidak akan lagi mengakui penghukuman, karena sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi saya yang ada di dalam Kristus Yesus, saya ada dalam Kristus, karena itu saya bebas dari penghukuman.

 


OUR SUBIANTO FAMILY

Hayy Blogers, akhirnya bisa ngposting juga and ,Upload Foto ini,
pertama kali nulis juga dari sekian lama punya Blog ngk keurus udh ngk jelas kemana, jamuran kah atw menghilang di segitiga bermuda, smpe bikin baru lagi, deh

lagsung aja, mari Boy Cerita kan tentang semua yang ada Di Dirimu tentang Semua Yang Benar, VOICE OF TRUTH. dan juga Perjalanan IMAN mu, JOURNEY OF FAITH. 
Sebenernya Foto ini kita sekeluarga sudah direncanakan untuk terjadinya Foto tersebut, tapi karena ngk ada waktu untuk kumpul, jadi masih ke pending. wah,, maklum aku di SeMarang, Bokap Di kalimantan (Balikpapan) Kaa Ku juga sibuk Kuliah.

eh teryata" kka Ku yang paling Heboh, Cantik, Putih, Supel, Cerewet,Bombastis, spektakuler, ini udah Di smter akhirnya dan WISUDA


Akhirnya Kita sepakati Foto Keluarga dan di Hari WISUDA  kka Ku, dia Lulusan BINUS loh, (Bina Nusantara) jurusan S.I (Sistem Informasi).. loe liat Deh, perhatikan wajahnya, Cuantik kan,, Wes tak Kandani og. Mencutikan waktu yang ada, Bokap cuti bentar Dari Kerjaann nya, Aku Bolos kuliah Bentar, Mama break Dulu Dagangnya Buat Kue, kka Ku Stanby Buat Acara ini.. akhirnya sampai Di Jakarta Semua kumpul dan ikut ke JCC, untuk Ikut acara Wisudahan nya,, walau pun yang boleh masuk 2 oRang Doang, BOnyok ku aja, Tapi Masih bisa Liat kka ku kok Di luar lewat TV yang disediakan,, Yang penting kan Bisa liat kka di kasih Piagam Dan Tali Toga nya Di pindah,, Nah Yang jadi pertanyaan, Itu tali Toga Dipindahin maksudnya apa ya? Trus pindahinya dari kiri ke kanan atw dari Kanan ke kiri? nnaahh Misteri nih, ntar aja Ngerasain sendiri pas Di wisuda hhe.. 

Okey let me intorduce our Family.
yang dari tadi penasaran kok ngk disebuti sebutin siapa" siapa aja nama bapaknya kkanya,,

kita tinjau gambar yang diatas? (Foto Keluarga) Dari orang yang paling meliahirkan Kita Semua yaitu mama. nama nya Lydia Subianto.
Bapak   : Bunan Subianto (Bob)
KKa 1   : Ruth Natasya Subianto
KKa 2   : Laura Margareta Subianto (Sing Wisuda)
KKa 3   : Lenny Irene Subianto 
Ade 4   : Daniel Jackson Subianto (saya sendiri)


Selasa, 12 Februari 2013

HIdup Baru Di Mulai Dari Sini.



September 2011.Daniel Jackson.Depresi Berat 


Researcher                                : Yusak Desyanto
Sumber kesaksian                    : Daniel Jackson Subianto
Tempat/tanggal lahir               : Kutai, 11 Juni 1991
Alamat                                      : Jl. Keselamatan 1 Gg Said no 7 Manggarai Selatan Tebet
Telp./hp                                     : 085691710930
Orang tua                                 : Bunan Subianto
Gereja lokal                             : Tiberias Indonesia
Pembimbing rohani                : Andrie Yasmita (085740202500)
  


Agustus  2011.Daniel Jackson.Depresi Berat Akibat Cinta
(Pornografi, tawuran, okultisme, depresi berat)

Pokok Permasalahan
-          Lingkungan pergaulan yang kurang sehat
-          Berpacaran dengan seorang yang suka ke paranormal
-          Daya imajinasi yang tinggi


Konflik
-          Depresi berat seperti orang gila
-          Mudah marah dan suka menunjukkan kesalahan orang di sekitarnya

Titik Balik
-          Doa dan dukungan seluruh keluarga
-          Penguasaan diri
-          Perawatan yang intesif dari dokter

Transformasi
-          Sembuh total dari depresi beratnya dalam waktu kurang dari 40 hari
-          Aktif menjangkau jiwa di kampus

Kondisi sekarang
Kecakapan bicara:4 (skala 1 – 4)
  • Sembuh total dari depresi beratnya
  • Aktif melayani di kampus
  • Membagikan pengalaman hidupnya kepada kaum remaja dan pemuda baik di gereja maupun kampus
  • Mahasiswa Oceanografi semester 5
    Sinopsis
    Hidup di lingkungan yang padat penduduk dengan jumlah anak remaja yang cukup besar, Daniel terbentuk seperti remaja lainnya di kampung. Sebagai bagian dari sebuah komunitas, Daniel menunjukkan solideritasnya dengan cara membela komunitasnya dalam kondisi apapun termasuk harus tawuran. Sebagai remaja pula, rasa keingintahuannya juga cukup besar. Hidup di lingkungan yang kurang sehat, mendapat akses ke dunia pronografi bukanlah perkara yang sulit, menonoton film dan majalah porno hingga masturbasi ia lakukan untuk memenuhi rasa penasarannya. Menginjak usia 18, Daniel yang dikenal dengan nama Boy, mulai menjalin hubungan asmara dengan adik kelasnya. Setelah melihat bahwa pacarnya suka berkonsultasi dengan paranormal, ia bermaksud untuk “menobatkan”nya. Tetapi ia justru terjebak dan merasakan keanehan dalam hidupnya. Mudah marah, berani dan suka melihat kesalahan orang lain hingga akhirnya ia tidak bisa mengendalikan imajinasinya yang berakibat tidak dapat membedakan antara fakta dan imajinasi. Akhirnya ia dirawat secara intensif oleh seorang psikiater selama 20 harian. Berkat doa dan dukungan keluarga pula, Boy dapat kembali pulih dan melanjutkan sekolahnya yang akan segera menghadapi Ujian Akhir hingga akhirnya ia juga berhasil melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Tengah. 

    Kronologis
    2006                                                                                   Daniel mulai masuk dalam dunia pornografi
    2007                                                                                  Terlibat tawuran dan suka berkelahi
    2009                                              - pacaran dengan seorang yang tidak seiman
    - berkonsultasi ke paranormal
    - mengalami keanehan – keanehan
    - depresi berat dan harus dirawat di rumah sakit
    - muncul keinginan untuk bunuh diri
    2010                                              - sembuh dari depresi beratnya
    - lulus ujian akhir dan ujian mandiri masuk perguruan tinggi
    - mahasiswa di Universitas Diponegoro Semarang


    Deskripsi
    Kehidupan masa remajaku di keluarga dan lingkungan (2006 – 2009an) Pokok permasalahan
    Bernama asli Daniel Jackson Subianto tetapi karena saya adalah satu – satunya anak cowok dari 4 bersaudara maka saya lebih sering dipanggil Boy sejak masa kecilku. Teman – temanku di kampungpun juga memanggilku demikian. Sampai kini, saya lebih terkenal dengan nama Boy ketimbang Daniel. Keluargaku adalah orang yang takut akan TUHAN dan orang tuaku lebih banyak mempengaruhiku secara rohani. Bisa dikatakan mereka lebih berat menekankan kehidupan kekristenanku dan bagaimana saya menjalani ritual keagamaan. Saya juga adalah seorang anak yang mempunyai daya pikir dan khayal yang tinggi. Maka tidak heran kalau papaku sering memasokku dengan buku – buku ilusi mata.
    Saya sekeluarga tinggal di sebuah kampung di Tebet yang jumlah anak seusiaku tidaklah sedikit. Karena saya juga bergaul dengan mereka dan anak – anak yang lebih dewasa dari saya, nilai – nilai mereka juga secara tidak langsung mempengaruhiku. Bukan hanya keluarga, pergaulanku juga mengambil peran besar dalam membentuk kepribadianku. Saya sebagai seorang Kristen yang tahu kebenaran tapi juga sebagai anak yang lagi bertumbuh yang membutuhkan penerimaan di lingkungan.

    Saya menikmati pornografi (2006 - 2009an)
    Alasan awal adalah saya hanya ingin tahu atau penasaran karena semua anak – anak SMP seusiaku melakukan itu. Maksudnya adalah teman – temanku sangat aktif mencari sumber – sumber gambar – gambar atau video orang telanjang yang kemudian membuatku tergoda untuk saya ikuti. Sepertinya nikmat melihat majalah atau video porno karena saya belum tahu sebelumnya. Kenikmatan ini terus mengikatku dan imajinasiku untuk memuaskan hawa nafsuku saya buahi dengan melakukan masturbasi. Semakin kunikmati semakin kuterikat. Semakin kuterikat semakin sulit saya melepaskannya. Saya terus ketagihan dan tidak puas rasanya kalau tidak melakukan salah satu dari dosaku ini. Keinginan itu menyerang terutama di saat kesendirianku.

    Tawuran adalah salah satu caraku menunjukkan solideritas (2007an)
    Semakin dewasa semakin beranilah saya. Keberanian sebagai laki – laki saya tunjukkan dengan cara memamerkan kekuatan ototku. Ini adalah cara yang paling umum dilakukan remaja dan pemuda di Jakarta untuk menunjukkan kekuatan ototnya dan juga komunitasnya. Sebagai bagian dari warga kampung, yang pada dasarnya suka tawuran, maka mau tidak mau saya juga harus terlibat di dalamnya. Keterlibatan dalam tawuran bagiku adalah dasar saya menunjukkan solideritas sebagai bagian dari kelompok. Apa yang saya lakukan dengan remaja pemuda di kampungku adalah perwujudan kita untuk menunjukkan kuat dan kuasa kita.
    Lawan kita adalah siapa saja yang berusaha melemahkan kekuatan kita. Siapapun yang berani mengatai kita atau menciderai salah satu dari kita, itu berarti mereka mengganggap dirinya lebih kuat dan berani dari kita. Kita tidak setuju dengan itu. Kita tidak terima. Cara kita untuk menunjukkan ketidak setujuan dan ketidakterimaan itu adalah dengan membalasnya. Gigi ganti gigi, mata ganti mata. Saya merasa sangat kuat saat bersama teman – temanku karena bersama mereka seolah – olah semangatku untuk menghadapai musuhku sangat besar. Saya dan rekan – rekan tidak tanggung – tanggung untuk mengalahkan musuh yang penting mereka terluka lebih parah dan lebih banyak jatuh korban dari pada kita. Berkali – kali saya terlibat tawuran, berkali – kali pula saya menghajar dan melukai orang – orang yang kami anggap musuh. Kita merasa kuat dan gagah jika kita telah berhasil menaklukkan musuh atau paling tidak sudah membuat musuh babak belur. Kalau boleh jujur, sebenarnya rasa takut itu muncul cukup besar. Kasihan melihat “korban” sudah tidak berdaya, kita tendang sekuat tenaga, pukul membabi buta bahkan tak jarang kita gunakan batu untuk membuat mereka menyerah dan terjatuh lebih cepat. Tapi itulah “kebudayaan” kita karena senior – senior kita selalu memotivasi adik – adiknya seperti saya untuk maju membela nama baik kampung. Saya merasa beruntung karena tidak pernah sampai dikeroyok atau berurusan dengan pihak keamanan seperti teman – temanku yang lain.

    Menyatakan cinta dengan seorang gadis yang tidak kucintai (Nov – Des 2009) Pokok permasalahan
    Selain aktif di “kegiatan” remaja pemuda kampung, saya juga aktif di beberapa kegiatan sekolah. Tentu saja kegiatan di sini adalah selalu kegiatan positif salah satunya adalah Pentas Seni. Di sela – sela kesibukanku menyipakan Ujian Akhir Nasional, saya duduk sebagai seksi acara di Pensi tersebut. Tugas saya adalah menjelaskan beberapa acara ke setiap siswa sekolah. Maka cara yang kutempuh adalah masuk dari 1 kelas ke kelas yang lainnya, mempresentasikan acara yang kita rencanakan dan miliki. Tentu saja jumlah siswa yang saya temui sangat banyak dan tidak semuanya pula saya kenal. Seusai saya mengerjakan semua tugasku, saya mendapat pesan sms dari nomer yang tidak tersimpan di handphoneku. Yang ia tuliskan adalah rasa simpatinya kepadaku. Meski saya tidak terlalu meresponnya dan tidak mengenalnya, secara giat ia terus mengirim sms bahkan telpon. Belakangan saya ketahui bahwa di tengah – tengah saya mem”floor”kan acara tersebut di salah satu kelas 2, ternyata salah satu gadis menaruh simpati kepadaku. Ia berniat untuk menemuiku dan sekedar ingin tahu orangnya, saya menemuinya di kantin sekolah. Cantik memang si gadis ini tapi rasa cinta itu tidak pernah muncul di hatiku. Kataku saat itu, “Oo.. ini toh yang bisanaya sms dan telp gue.” Bukannya menyerah mendapat perlakuan dingin dariku, ia justru semakin getol mengirimiku pesan dan telpon. Intensitasnya sudah terlalu sering dan sangat menggangguku. Saya balas untuk menghentikan perjuangannya untuk berkomunikasi denganku dalam 2 minggu terakhir ini. Tapi saya tidak tahu, waktu ketemu berikutnya dengannya saya langsung “tembak” adik kelasku ini. Rasa cinta itu tiba – tiba muncul dan mendorongku untuk menyatakannya kepada gadis cantik yang tidak seiman denganku ini. Tentu saja orang tua dan kakak - kakakku tidak mengetahui mengenai hal ini.

    Tokoh berpengaruh di kehidupan cewekku (Des 2009)
    Secara “resmi” kami berstatus sebagai seorang kekasih. Sepasang remaja yang menjalin kasih hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita. Cewekku menunjukkan rumahnya kepadaku tapi saya tidak pernah diijinkan masuk ke rumahnya. Hanya sebatas tahu bentuk dan warna rumahnya tanpa pernah merasakan kursi tamunya. Saya tidak ambil pusing dengan keputusannya yang terpenting saya bersamanya. Lebih banyak ia mengajakku ke rumah seorang pembimbingnya yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Di rumah inilah saya lebih banyak menghabiskan masa – masa pacaran dengan cewekku ini. Kali pertama menginjakkan kaki di rumahnya, ketenangan hati ini tidak ada padaku. Rumahnya gelap, berantakan dan terkesan angker. Patung – patung aneh berdiri di sudut – sudut ruang. Nyala lampu remang – remang, hanya sebatas ada cahaya di dalamnya. Saat saya diperkenalkan dengan si tuan rumah, saya hanya dapati ketegangan dan senyum sinis di wajahnya. Sayapun juga tidak merasa nyaman bertemu dengannya dan berada di dalam rumah aneh itu. Kata cewekku memperkenalku kepada wanita setengah baya ini, “Mbah, ini loh orangnya itu.” “Oo.. ini toh cowok yang kamu ceritakan itu?” balas wanita yang dipanggil mbah oleh cewekku ini. “Belum terlalu tua kok sudah dipanggil mbah” pikirku. Dari wanita inilah, cewekku sering mengkonsultasikan permasalahannya kepadanya dan mendapat jawab darinya. Termasuk ketertarikannya kepadaku yang tidak mendapat respon positif dariku kala itu juga adalah salah satu topik konsultasinya. Saya mengetahuinya setelah saya melihat begitu dekatnya cewekku dengan mbah ini. Apa saja yang sedang ia alami, ia konsultasikan dengan mbah ini dan apa yang mbah ini katakan ia pasti akan turuti.

    Saya mulai mengkonsultasikan hubungan kita dengan mbah (Des 2009)
    Sebagai tuan rumah, seolah ia berkewajiban menjamu tamunya. Meski hanya menyajikan sebotol minuman teh, cukuplah itu bagiku untuk menunjukkan kesan baik dan menghormatiku sebagai tamu. Ia juga mencoba mengajakku ngobrol dan tanya tentang diriku. Saya melihat mbah ini begitu meyakinkan cara ngomongnya. Setelah berhari – hari berkunjung ke rumahnya dan mengetahui aktifitas yang dilakukannya, saya cenderung menyebut mbah ini sebagai seorang paranormal. Di rumah ini pula kita selalu “ngedate”. Tempat yang ideal untuk berpelukkan dan berciuman dengan cewekku di salah satu ruangan gelap itu.
    Saya teringat dengan perkataan bapakku bahwa gelap itu tidak akan dapat bersatu dengan terang. Saya tahu itu. Tapi saya terus mencoba untuk jalan dengan gadis ini. Di saat yang sama, saya juga ingin lepaskan ia dari jerat mbah paranormal ini. Saya berdoa supaya hubungan kita ini baik – baik saja. Tapi anehnya, saya justru ikut jatuh bersama cewekku mengkonsultasikan hubungan kita dengan mbah ini yang sebelumnya saya sudah taruh curiga padanya. Lebih – lebih setelah saya minum teh botol itu. Memang bukan keinginan saya untuk konsultasi dengannya tapi perkataannya begitu mantap. Maka tidak salah apabila ia menjadi tujuan anak – anak muda untuk berkonsulatasi tentang cinta, kesuksesan dan lainnya.

    Pacaran yang membawa kepada masalah besar (Des 2009)
    Seperti bisaa saya berkunjung ke rumah mbah ini entah dengan cewekku atau dengan temanku. Dengan ditemani seorang teman kampung, saya datang berkunjung ke sana  dan cewekku sudah ada di sana. Ia memang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah serem itu. Kedatanganku kesana tanpa janji adalah bukan yang mengagetkan baik bagi mbah maupun cewekku. Saat kutemui mereka, si mbah sedang main cincin dan ngomong dengan cewekku, “bisa nti diikat.” Kataku dengan penuh penasaran. “Diikat apanya mbah?” “Ah gak, gak ada apa – apa” balasnya.
    Saya tahu dan sadar bahwa hubunganku tidak beres dan wanita paranormal ini pun juga tidak beres. Saya mencoba menyadarkan cewekku tentang perangkap ini tapi sulit baginya untuk lebih mempercayaiku. Niatku untuk untuk menyelamatkan si gadis ini juga terendus oleh si mbah. Cewekku yakin betul kalau setiap masukkan yang diberikan oleh si mbah itu selalu baik dan bijaksana. Kedengarannya memang baik tapi selalu menjerumuskan dan tidak ada damai. Masih berumuran jagung hubungan kita tapi kita semakin sering bertengkar.  
    Saya berjaga – jaga dengan berdoa, memuji TUHAN dan membaca Alkitab supaya hubunganku dengan TUHAN tetap dekat juga. Saya merasakan ada peperangan rohani setelah saya menjalani hubungan cinta monyet ini. Sepulangnya saya selalu ambil gitar kemudian memuji TUHAN. Saya habiskan waktuku untuk menyembah DIA sampai – sampai saya melihat pohon besar di depan rumah berbentuk TUHAN YESUS yang sedang membuka tangannya. Saya semakin serius menyembahNYA, alunan gitar semakin cepat. Kubuka mataku memastikan “penampakan” itu melalui jendela kamarku. Tapi pohon itu hanya sebatas pohon besar tanpa bentuk yang aneh. Sepanjang malam mataku terpejam tapi pikiranku jalan terus. Tiga hari sudah saya tidak mengistirahatkan tubuh dan pikiranku tetapi kekuatan untuk bersekolah dan beraktivitas yang lain masih ada. Keesokan harinya saya berencana untuk mengakhiri hubungan yang banyak menyita waktu, tenaga dan pikiranku ini. Saya menyerah. Saya tidak mampu mengubah cewekku.   

    Putus hubungan yang membuatku jatuh sakit (Des 2009) Konflik
    Belum mengutarakan rencana “pemutusan hubungan kasih” ke cewekku, si mbah tiba – tiba meneleponku. Untuk kali pertama ia menghubungiku dan itu menjadi tanda tanya bagiku. Tidak pernah ia menghubungiku tapi saat pertama meneleponku, ia justru minta maaf untuk sesuatu yang tidak jelas maksudnya. “Mbah minta maaf ke kamu ya” demikian katanya singkat.
    Hal ini tidak menyurutkan niatku untuk memutuskan cewekku. Saya menghubunginya dan mengajaknya bertemu di dekat rumah. Setelah matahari terbenam, saya menemuinya di pinggir jalan dan menyampaikan maksud pertemuan itu. Pada kesempatan itu, saya juga coba bongkar rahasia si mbah. Malahan ia membalasnya dengan jeritan dan tangis, “Tidak….. tidak mungkin mbah seperti itu.” Perlahan ia keluarkan sesuatu dari dompetnya. Diberikannya bungkus putih kecil itu kepadaku. Kuraih dan kubuka. Saya hanya melihat lipatan kertas yang bertulisakan kaligrafi bahasa yang tidak saya mengerti. Dengan senyum dan tawa, kurobek – robek kertas tak berguna itu dan kulemparkan dalam nama TUHAN YESUS, sebagai tanda saya mengakhiri hubungan asmara berumur 3 minggu itu. Tentu saja mantan cewekku itu melarang dengan teriakknya. Tapi teriaknya hanya gertakan sambal yang tak mempengaruhi keputusanku.
    Sepulang dari pertemuan itu, saya langsung terduduk lemas di kursi tamu. Kedua orang tua dan ketiga kakakku tidak meninggalkan rumah di jam 9 malam itu. Dengan mata kuning kecapekan dan sisa – sisa tenaga, saya kumpulkan semua seisi rumah. “Ma, kumpulkan semuanya. Ayo kita naik ke atas, penyembahan” pintaku kepada mama. Permintaanku yang positif ini otomatis direspon positif oleh orang rumah. Kita naik ke lantai dua, tempat yang bisaanya keluarga jadikan mezbah keluarga, dan saya ambil gitar. Kita mulai menyembah dan saya pula yang pimpin penyembahan itu. Semuanya berjalan dengan khusuk. “Jemaat”ku pun demikian menikmatinya.

    Kesaksian ibu Lidia (Mama)
    Sebelum kita melakukan penyembahan bersama, seorang tetangga datang memberitahuku bahwa Boy sedang marah – marah di pinggir jalan. Saya rasa ada yang tidak beres dengan anak bungsuku. Sekitar jam 9 malam, ia datang dan langsung merebahkan tubuhnya di kursi tamu. Matanya menguning dan kelihatannya ia sangat kecapekan. Ia tidak bercerita apapun kepadaku dan sayapun juga tidak bertanya apapun kepadanya. Boy mengajak kita semua untuk penyembahan dan kita sangat setuju dengan ajakannya. Di lantai dua itu, kita mulai memuji TUHAN yang dipimpinnya. Secara pribadi saya menikmati penyembahan bersama seluruh keluarga malam itu hingga akhirnya saya berubah pendapat.

    Awal mula ketidakberesanku (Des 2009)
    Seperti  yang telah saya katakan, semua menikmati penyembahan itu. Antara sadar dan tidak sadar, saya memainkan gitar dan terus menyembah dengan ucapan di bibirku. Tiba – tiba, saya tersadar. “Plak….” Papa menampar pipiku begitu kuat. Tamparannya juga membuat darahku mendidih, “Apa loe pak, sini, gue bunuh loe pak” ancamku kepada papaku. Kata – kata makian dan kutuk keluar dari mulutku, mengatai bapakku sendiri.
    Setelah penyembahan berjalan berjam – jam dengan baik, di tengah – tengah penyembahan itu tiba – tiba keluar kata – kata kotor, percabulan dari mulutku dan sebuah perkataan yang akhirnya membuat ayahku harus menghentikan penyembahan ini dan menamparku sekuat tenaga: “Sembahlah aku! Aku YESUS”.
    Kekhusukan itu pecah menjadi kekacauan. Saya berteriak – teriak mengancam bapakku, mama dan kakak – kakakku mencoba memegangiku erat dan mencegah. Di tengah keheningan malam itu, suara kerasku membangunkan para tetangga yang sedang terlelap. Satu persatu berdatangan mencari tahu penyebab kekacauan di tengah sela – sela jam istirahat itu. Mereka berpikir kalau terjadi pertengkaran antara saya dan bapakku.  

    Kesaksian ibu Lidia (Mama)
    Boy mulai ngacau. Kata – katanya sudah tidak menunjukkan kemuliaan TUHAN sama sekali. Saat ia berkata, “Sembahlah aku! Aku YESUS”, suamiku harus menghentikan “penyembahan”nya itu dengan tamparan keras. Bukannya selesai, Boy malah marah – marah dan mengancam bapaknya. Ia coba berontak dan membanting handphonenya meski saya pegangi erat tubuhnya. Jantungnya berdebar begitu kuat, saya dapat merasakannya dengan jelas di tanganku. Saya kuatir kalau ia sedang terpengaruh dengan obat – obatan terlarang.
    Ia marah terus marah dan sesekali batuk. Batuk yang suaranya seperti bukan suara anakku sendiri, seperti suara kakek yang lebih berat. Lambat laun ia mulai meredakan diri. Ini adalah kesempatanku untuk memanggil teman – teman doaku dan berdoa bersama. Baik tetangga maupun tim doaku berdatangan satu persatu, mencoba membantu apa yang bisa mereka bantu. Setelah doa itu, sepanjang malam kami berjaga menjaga anakku yang sudah tertidur kecapekan dan sesekali terbangun, melapiaskan kemarahannya lagi.



    Seperti orang mabuk kalah judi (Des 2009) Konflik
    Tak satupun tahu dengan pasti penyebab keanehanku. Mereka mengira kalau kemarahanku terpengaruh oleh obat – obatan terlarang sehingga pagi setelah kejadian itu saya dilarikan ke Rumah Sakit St. Caroleus. Menuju ke sana, di dalam taksi itu, saya masih dalam kondisi sadar dan tahu arah tujuanku tapi dengan cepat pula imajinasi bermain dan saya tidak bisa membedakaan kenyataan dan imajinasiku. Sambil berjalan menuju ruang UGD, saya mulai mengoceh tak terarah lagi dan sesekali sempoyongan bak orang mabuk yang kalah judi. Setelah diperiksa oleh dokter umum dan psikiater, saya dinyatakan harus menjalani rawat inap dan terpaksa harus “merayakan” natal yang jatuh 5 hari lagi di rumah sakit.

    Di dalam rumah sakit, pengalaman buruk saya alami (Des 2009)
    Bangsal khusus orang depresi adalah tempat tinggalku selama di rumah sakit. Di ruangan ini banyak teman senasib yang dirawat bersebelahan denganku. Layaknya ruangan umum lainnya, kitapun berada di ranjang yang saling bersebelahan tanpa tali pengikat karena kami cuma divonis sebagai pasien depresi, belum masuk ke tahap kegilaan. Yang saya ingat, lengan kiriku terpasang selang panjang dan di pangkalnya terdapat labu plastik berisi cairan bening. Saudara, rekan sepelayanan, teman, dan rekan – rekan orang tuaku mulai silih berganti menjengukku. Saya kenali mereka dengan baik bahkan kesalahan – kesalahan yang pernah mereka perbuatpun saya dapat mengetahuinya. Setiap penjenguk datang, secara spontan saya buka aibnya dan wajah ketakutan serta malu jelas terlihat di wajah mereka. Saya pikir mereka dapat memaklumiku karena mereka tahu bahwa saya sedang “gila”. Tak segan – segan saya juga mengancam dan melukai mereka. Tangan salah seorang sahabat dekatku yang menjadi korban. Punggung tangan kirinya robek berdarah kugigit saat ia mencoba menghindar dari panggilanku. Seorang lelaki botak juga tak luput dari pelampiasan imajinasiku. Saya mencoba menghirup udara segar di luar ruangan bersama mama dan papaku. Suasana pemandangan sangat berbeda dari biasanya. Lebih segar dan aktivatas orang – orang di sekitar lebih bervariasi. Saat kutengokkan kepalaku ke kiri, mataku tertuju kepada seorang lelaki botak sedang duduk di bawah. “Ada orang botak nich di sini. Sebentar lagi maling ini pasti mo beraksi nich. Sebagai polisi, saya harus menghentikan aksinya nich” pikirku waktu saya melihat orang yang tidak saya kenal itu duduk. Perlahan – lahan saya mendekatinya, maju selangkah, maju lagi. “Dengan tendangan memutar ala Bruce Lee, kuarahkan kakiku ke arah mukanya. Hiattt……. Buk…” Terjatuhlah ia tak melawan, puaslah diriku tapi dihajarlah saya oleh bapakku sendiri seketika itu juga. Sejak kejadian itu, dokter mulai menyuntikkan obat penenang ke tubuhku. Akibat dari obat penenang itu, saya benar – benar “tenang” karena tidak ada kegiatan lain yang bisa saya lakukan selain kejang – kejang, menggigit lidah dan membalikkan mata.
    Orang tua dan kakakku iba dan tak kuasa menahanku. Orang – orang lain pesimis dan beranggapan bahwa dalam waktu tidak lama lagi saya akan kembali ke alam baka. Hanya pujian dan doa yang sepanjang hari mereka panjatkan. Perawatpun juga tak kuasa melarang “kegaduan” yang kami buat, mereka menyerah dan pasien – pasien di ruanganku mulai satu – persatu berpindah tempat ke ruangan lain. 

    Mencoba lepas dari usaha pembunuhan (Des 2009)
    Tak satupun yang menjengukku di siang hari itu. Mama ke kamar mandi. Hanya kakakku yang sedang sibuk membaca Alkitab di kursi depan ranjangku. Saya kembali pulih setelah dokter menyuntikkan obat yang lain ke tubuhku. Terbaring di kasur dan selang infus masih terpasang di lengan. Terlihat masuk membuka pintu seorang berbaju hitam dan ternyata dengan 6 orang berbaju hitam yang lainnya. Berjalan maju, mendekati dan mengelilingi ranjangku. Mereka adalah saudara – saudaraku. Ya, mereka adalah ke-7 saudaraku yang sudah meninggal dunia. Wajah mereka telah rusak yang tak mungkin dikenali siapapun selain hanya saya. Dibalik punggung mereka, tersimpan tangan dengan gunting tajam yang siap menikamku. Saya terancam. Seketika saya bangun dari ranjangku, berdiri mencoba melawan mereka. Teriakku, “Ngapain sich loe? Mau bunuh gue?” Saya rasakan mereka mulai memegang kaki dan tanganku. Kuberontak dan semakin teriak melawan, dan melompat dari ranjangku. Saya lepaskan dengan gigitan selang infus yang menghalangiku untuk bergerak. Mereka pergi meninggalkan ruangan, gagal berusaha “membunuh”ku. Saya mencoba kejar tapi kemudian saya menyadari bahwa itu hanyalah imajinasiku.


    Kesaksian ibu Lidia (Mama)
    Teriakannya mengundangku keluar dari kamar mandi. Saya melihat Boy berdiri di atas ranjang seorang diri tanpa infus terpasang di lengannya dan darah keluar berceceran. Sementara anakku perempuan mencoba menenangkannya nampak kebingungan apa yang sedang dilakukan dan dipikirkan Boy seolah ia sedang berteriak kepada orang. Setelah itu ia mencoba lari keluar tapi kemudian terhenti di pintu dan mulai tertunduk lemas. Kita panggil perawat dan Boy kembali diberi suntik penenang.

    Kesehatan jiwaku mulai ada perubahan (Des 2009 - 2010)
    Usaha untuk mencoba bunuh diri memang sering muncul di benakku dan pikiran itu begitu menghantuiku. Setelah 4 hari di dalam ruangan itu, dokter membawaku ke ruangan khusus dimana saya harus sepanjang hari di dalam kamar yang jauh lebih kecil tersebut, seorang diri tanpa ada keluarga yang diijinkan menunggu, tidak ada penjenguk dan tangan terbelenggu. Saya mulai teriak dan stress tapi kemudian capek juga teriak – teriak dan berontak. Berangsur – angsur saya mulai dapat mengendalikan diriku. Doa keluarga dan saudara – saudara seimanlah yang membuat semuanya ini dapat saya lalui. Bahkan dokterpun heran kalau saya dengan cepat membaik dan kembali menuju normal. Tepat di di hari pertama memulai tahun 2010 dimana orang – orang di seluruh dunia merayakan tahun baru, saya dan keluargaku merayakan kemenangan perjuanganku lepas dari depresi berat ini. Dokter mengijinkan saya pulang dengan syarat harus mengkonsumsi obat khusus 3 kali sehari sampai waktu ditentukan kemudian.

    Menjalani pengobatan di rumah dan mulai kembali beraktivas normal (2010an) Transformasi
    Sepulang dari rumah sakit, saya masih harus mengkonsumsi beberapa jenis obat sebanyak 3 kali sehari. Sebulan penuh saya mengkonsumsi obat tersebut tapi karena tingginya biaya obat tersebut, mama beriman untuk memutuskan berhenti mengkonsumi obat tersebut. Sebagai gantinya, ia membawaku ke gereja untuk konsultasi dan didoakan oleh seorang hamba TUHAN. Aktivitasku berangsur – angsur sudah kembali normal. Kegiatan rohani mulai saya ikuti. Saya mulai melakukan kegiatanku seperti sedia kala termasuk melanjutkan sekolahku yang terhenti selama kurang lebih 40 hari.
    Bukan berarti sembuh total, kadang – kadang saya masih marah dan pernah sesekali imajinasiku main lagi. Sewaktu di sekolah, saya marah dan melemparkan sebuah jaket ke mantan cewekku, “Ini jaket loe”. Padahal jaket tersebut adalah milik kakakku sendiri. Tantangan ini juga muncul di pihak mamaku. Para tetangga atau teman – temannya banyak yang merekomendasikannya untuk membawaku ke “orang pintar” supaya sembuh total. Kadang – kadang ia tergoda untuk mengikuti anjuran itu tapi mama dan semua keluargaku beriman hanya kepada YESUS sehingga saya dapat disembuhkanNYA secara total.

    Lolos Ujian Akhir Nasional dan Ujian Mandiri masuk perguruan tinggi negeri (2010an) Transformasi
    Tidak mengikuti pelajaran di kelas untuk kesekian waktu lamanya jelas berpengaruh pada penangkapanku terhadap pelajaran yang diajarkan guru. Sempat tertinggal tapi teman – teman sekelasku dengan rendah hati mau membimbing dan membantuku belajar. Hingga akhirnya UAN tiba, saya dapat mengikutinya dan dinyatakan lulus. Karena minat saya di pelajaran Fisika dan menyelam, saya mencoba mendaftarkan diri di program studi Oceanografi di Universitas Dipenegoro Semarang. Melalui Ujian Mandiri masuk Perguruan Tinggi, saya dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Almamater Undip. Disana saya terlibat aktif di pelayanan mahasiswa, membagikan pengalaman hidupnya kepada remaja dan pemuda baik di gereja maupun di kampus serta menjangkau jiwa supaya kenal TUHAN Penyembuhku, YESUS.

    Kesaksian Andrie Yasmita (pembimbing rohani, Senior)
    Boy adalah seoarang yang sangat bersemangat baik dalam hal kerohanian dan kegiatan kampus. Saya juga melihanya sebagai pribadi yang kreatif. Pertama kali berkenalan dengan Boy, kita sering sharing iman dan ia tidak keberatan untuk menceritakn pengalaman masa lalunya. Sebagai orang yang lahir baru, saya memiliki hati untuk mendukung pertumbuhan rohaninya, mengajar dan membimbingnya. Setelah lahir baru, ia a memilki hati untuk melihat jiwa – jiwa dan membimbing junior – juniornya di kampus.

    SOLI DEO GLORIA

    NB: Sekarang Boy kos di Semarang dan ia pulang ke Jakarta jika ada liburan kuliah.